Tuesday, May 14, 2013

ARTIKEL ADANYA PRANT BREEDING DAPAT MENENTUKAN TERJADINYA EPIDEMI


ADANYA PRANT BREEDING DAPAT MENENTUKAN
TERJADINYA EPIDEMI

ABSTRACT
Hasan Basri 101510501032 Program studi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Jember

Mempelajari kerusakan yang disebabkan oleh organisme yang tergolong ke dalam dunia tumbuhan seperti Tumbuhan Tinggi Parastis, Ganggang, Jamur, bakteri, Mikoplasma dan Virus. Penyakit pada tanaman disebabkan oleh interaksi tiga faktor, yakni inang, penyakit dan lingkungan. Pemuliaan tanaman merupakan kegiatan mengubah susunan genetik individu maupun populasi tanaman untuk suatu tujuan. Penelitian tentang keragaman genetik tanaman sengon di Jawa menggunakan penanda molekuler RAPD diperoleh hasil bahwa tegakan sengon yang ada di Jawa berasal dari satu populasi di Biak. Pengaruh tanaman inang terhadap epidemi, unsur tanaman inang yang berpengaruh terhadap penyakit epidemik meliputi faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut tercermin dalam ketahanan genetik tanaman, keseragaman genetik tanaman, tipe tanaman, dan umur tanaman yang bersangkutan.
Kata kunci : Organisme, Pemuliaan Tanaman, RAPD, Epidemi.

PENDAHULUAN
Ilmu Penyakit Tumbuhan adalah ilmu yang mempelajari kerusakan yang disebabkan oleh organisme yang tergolong ke dalam dunia tumbuhan seperti Tumbuhan Tinggi Parastis, Ganggang, Jamur, bakteri, Mikoplasma dan Virus. Kerusakan ini dapat terjadi baik di lapangan maupun setelah panen. Penyakit tumbuhan dapat ditinjau dari dua sudut yaitu sudut biologi dan sudut ekonomi, demikian juga penyakit tanamannya. Di samping itu untuk mempelajari Ilmu Penyakit Tumbuhan perlu diketahui beberapa istilah dan definisi yang penting.
Kerusakan yang ditimbulkan oleh penyakit tumbuhan dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar terhadap tanaman budidaya dan masyarakat. Kerusakan ini selain disebabkan oleh karena hilangnya hasil ternyata juga dapat melalui cara lain yaitu menimbulkan gangguan terhadap konsumen dengan adanya racun yang dihasilkan oleh jamur dalam hasil pertanian tersebut. Pada sistem alami, unsur yang dipertimbangkan dalam interaksi yang menimbulkan terjadinya penyakit hanya tiga, yaitu tanaman inang rentan, patogen virulen dan kondisi lingkungan yang menguntungkan interaksi. Interaksi ini telah umum digambarkan sebagai skema segitiga penyakit, sehingga konsep timbulnya penyakit yang menggunakan pertimbangan tiga unsur ini disebut konsep segi tiga penyakit. Pada ekosistem pertanian, aktivitas manusia yang mungkin tanpa disadari dapat membantu timbul dan berkembangnya penyakit atau bahkan sebaliknya secara efektif dapat menghentikannya pada kondisi yang mungkin secara alami menimbulkan epidemi. Interaksi dalam ekosistem pertanian ini biasanya digambarkan sebagai skema segi empat penyakit dan konsepnya disebut konsep segi empat penyakit.
PEMBAHASAN
            Perkembangan penyakit juga dipengaruhi oleh aktivitas praktik budidaya. Manusia sebagai pengambil keputusan menentukan jenis varietas yang akan ditanam, volume dan kepadatan tanam, keseragaman genetik pertanaman dalam suatu hamparan dan pemilihan waktu tanam. Melalui kultur teknis, aplikasi pengendalian secara biologi dan kimiawi, manusia telah mempengaruhi kualitas dan kuantitas inokulum primer dan sekunder serta kepadatan populasi vektor. Manusia juga memodifikasi lingkungan dalam menghambat perkembangan penyakit melalui pengaturan waktu tanam berdasarkan kondisi iklim, pengaturan jarak tanam, dan pengaturan ketersediaan air. Aktivitas manusia mempengaruhi terjadinya perubahan dan kombinasi agroekosistem yang berpengaruh terhadap perkembangan penyakit. Interaksi aktivitas manusia dengan elemen-elemen penyebab terjadinya penyakit menentukan penurunan atau peningkatan epidemi berbagai jenis penyakit.
            Pemuliaan tanaman merupakan kegiatan mengubah susunan genetik individu maupun populasi tanaman untuk suatu tujuan. Pemuliaan tanaman kadang-kadang disamakan dengan penangkaran tanaman, kegiatan memelihara tanaman untuk memperbanyak dan menjaga kemurnian, pada kenyataannya, kegiatan penangkaran adalah sebagian dari pemuliaan. Selain melakukan penangkaran, pemuliaan berusaha memperbaiki mutu genetik sehingga diperoleh tanaman yang lebih bermanfaat. Keragaman genetik tanaman dapat bersumber dari dua hal yaitu proses meiosis dan mutasi. Meiosis adalah proses rekombinasi gen melalui segregasi acak. Meiosis hanya melibatkan keragaman genetik yang telah ada di dalam populasi atau jenis yang bersangkutan. Mutasi merupakan perubahan genetik yang terjadi akibat penyimpangan yang terjadi pada proses pewarisan sifat, dan merupakan sumber keragaman baru dalam populasi tanaman.
Pengetahuan mengenai perilaku biologi tanaman dan pengalaman dalam budidaya tanaman merupakan hal yang paling menentukan keberhasilan usaha pemuliaan, sehingga buku-buku teks seringkali menyebut pemuliaan tanaman sebagai seni dan ilmu memperbaiki keturunan tanaman demi kemaslahatan manusia.
            Penyakit pada tanaman disebabkan oleh interaksi tiga faktor, yakni inang, penyakit dan lingkungan. Epidemi penyakit timbul bilamana ketiga faktor diatas berada dalam kondisi yang sesuai bagi perkembangan penyakit. Oleh sebab itu cara untuk mengendalikan penyakit adalah dengan memanipulasi salah satu atau lebih,faktor tersebut sehingga tercapai kondisi yang merugikan bagi pertumbuhan penyakit dan mencegah terjadinya infeksi oleh penyakit.
            Dapat diketahui serangan penyakit karat pada tanaman sengon dapat disebabkan oleh ketidak mampuan tanaman beradaptasi dengan perubahan lingkungan sebagai akibat dari rendahnya keragaman genetik tanaman. Berdasarkan penelitian tentang keragaman genetik tanaman sengon di Jawa menggunakan penanda molekuler RAPD diperoleh hasil bahwa tegakan sengon yang ada di Jawa berasal dari satu populasi di Biak. Keragaman genetik populasi ini lebih rendah dari pada populasi Wamena dan Halmahera (Suharyanto et al. 2002).
            Sebagai seorang pemulia tanaman upaya penanggulangan serangan penyakit pada sengon dapat diatasi dengan mengintrodusir sumber genetik baru di luar populasi yang telah ada sehingga keragaman genetik sengon dapat ditingkatkan. Introduksi sumber genetik baru juga dapat digunakan untuk menguji resistensi terhadap penyakit. Keuntungan menggunakan varietas resisten dalam pengendalian penyakit antara lain: (1) mengendalikan populasi penyakit tetap di bawah ambang kerusakan dalam jangka panjang, (2) tidak berdampak negatif, (3) tidak membutuhkan alat dan teknik aplikasi tertentu, dan (4) tidak membutuhkan biaya tambahan. Namun demikian penggunaan varietas resisten tidak selamanya efektif, terutama apabila menggunakan varietas dengan ketahanan tunggal (ketahanan vertikal) secara terus menerus.
Suatu varietas dapat dikatakan tahan apabila : (1) memiliki sifat-sifat yang memungkinkan tanaman itu menghindar, atau pulih kembali dari serangan penyakit pada keadaan yang akan mengakibatkan kerusakan pada varietas lain yang tidak tahan, (2) memiliki sifat-sifat genetik yang dapat mengurangi tingkat kerusakan yang disebabkan oleh serangan penyakit, (3) memiliki sekumpulan sifat yang dapat diwariskan, yang dapat mengurangi kemungkinan penyakit untuk menggunakan tanaman tersebut sebagai inang, atau (4) mampu menghasilkan produk yang lebih banyak dan lebih baik dibandingkan dengan varietas lain pada tingkat populasi penyakit yang sama.
Pengaruh tanaman inang terhadap epidemi, unsur tanaman inang yang berpengaruh terhadap penyakit epidemik meliputi faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut tercermin dalam ketahanan genetik tanaman, keseragaman genetik tanaman, tipe tanaman, dan umur tanaman yang bersangkutan.
1) Ketahanan genetik tanaman:
  1. Tanaman inang yang mempunyai ketahanan genetik vertikal adalah ketahanan    yang dikendalikan oleh satu gen mayor yang bersifat kuat terhadap patogen ras tertentu saja. Jika tanaman yang mempunyai ketahanan vertikal ditanam pada hamparan yang luas dapat menimbulkan tekanan seleksi yang mendorong terbentuknya ras patogen baru yang kuat.
  2. Tanaman inang yang mempunyai ketahanan genetik horizontal adalah ketahanan yang dikendalikan oleh banyak gen minor yang bersifat lemah tetapi lebih efektif terhadap banyak ras patogen tertentu.
  3. Tanaman inang rentan tidak mempunyai gen ketahanan untuk mengatasi patogen, sehingga tanaman menjadi substrat tersedia untuk patogen dan cocok bagi berkembang infeksi baru. Oleh karena itu, jika terdapat patogen virulen dan lingkungan menguntungkan, maka akan memberi peluang terjadinya epidemi penyakit. Penyakit menjadi epidemik jika terdapat tanaman rentan yang ditanam secara meluas dan monokultur.
2) Keseragaman genetik tanaman:
  1. Apabila tanaman inang secara genetik seragam, terutama yang berhubungan dengan ketahanan penyakit dan ditanam pada areal yang cukup luas, maka peluang timbulnya patogen ras baru akan lebih besar.
  2. Berhubungan dengan keseragaman genetik, biasanya perkembangan penyakit epidemik yang tercepat terjadi pada tanaman yang diperbanyak secara vegetatif, berikutnya tanaman yang menyerbuk sendiri dan yang perkembangan epideminya terlambat terjadi pada tanaman yang menyerbuk silang.
3) Tipe tanaman: Perbedaan perkembangan penyakit epidemik juga terjadi pada tipe tanaman yang berbeda. Pada tanaman semusim biasanya epidemi berkembang jauh lebih cepat dibanding pada tanaman tahunan.
4) Umur tanaman: Ketahanan tanaman terhadap penyakit akan berubah pada tingkat umur yang berbeda, sehingga perkembangan epideminyapun berubah.
KESIMPULAN
Munculnya epidemi baru pada tanaman yang telah dilakukan pemodifikasian terhadap gen yang sebelumnya varietas tanaman yang sering di tanaman tidak mempunyai gen tahan terhadap penyakit tertentu sehingga muncullah varietas baru menjadi tanaman yang tahan pada penyakit tertentu. Tetapi varietas tahan tersebut memiliki kesesuaian tersendiri untuk memaksimalkan pertumbuhannya, jika tidak sesuai maka akan muncullah penyakit baru atau penyakit lain yang dapat menjadi serangan parah dan menjadi serangan yang berat pada tanaman yang hanya memiliki  satu gen tahan. Maka akan muncullah penyakit-penyakit penting pada tanaman.

DAFTAR PUSTAKA
Purnomo, B. 2007. Penyakit Epidemik dan Faktor-Faktor Yang Berpengaruh. Epidemiologi Penyakit Tanaman.

Rimbawanto, A. 2008. Pemuliaan tanaman dan ketahanan penyakit pada Sengon. Makalah Workshop Penanggulangan Serangan Karat Puru pada Tanaman Sengon. Balai besar penelitian bioteknologi dan pemuliaan tanaman hutan. Yogyakarta.

Suharyanto, Rimbawanto, A. and Isoda, K. 2002. Genetic Diversity and Relationship Analysis on Paraserianthes falcataria Revealed by RAPD Marker. In A. Rimbawanto and M. Susanto (eds.). Proceedings International Seminar “Advances in Genetic Improvement of Tropical Tree Species”. Centre for Forest Biotechnology and Tree Improvement. Yogyakarta. Indonesia.

Sutopo, L. dan N. Saleh, 1992. Perbaikan ketahanan genetik tanaman terhadap penyakit. Prosiding symposium Pemuliaan Tanaman I. Perhimpunan Pemuliaan Tanaman Indonesia, Komisariat Daerah Jawa Timur Syahri, N.T. 1991. Pusat Litbang Hasil Hutan. Laporan Hasil Penelitian.

No comments:

Post a Comment