Tuesday, May 14, 2013
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM PERAMALAN HAMA DAN EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN
BAB
1. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Tumbuhan
tidak selamanya bisa hidup tanpa gangguan. Kadang tumbuhan mengalami gangguan
oleh binatang atau organisme kecil (virus, bakteri, atau jamur). Hewan dapat
disebut hama karena mereka mengganggu tumbuhan dengan memakannya. Belalang,
kumbang, ulat, wereng, tikus, walang sangit merupakan beberapa contoh binatang
yang sering menjadi hama tanaman.
Kebanyakan
hama yang menyebabkan kerusakan pada tanaman adalah dari kelompok serangga.
Keberadaan hama tersebut sangat dirisaukan, karena kerusakan yang ditimbulkan
oleh serangan hama bisa menyebabkan kualitas dan kuantitas panen pada suatu
pertanaman mengalami penurunan. Hal tersebut tentu juga akan mengakibatkan
kerugian secara ekonomi. Hama yang merugikan secara ekonomi, biasanya merupakan
hama yang menyerang pada bagian tanaman yang kita konsumsi, atau biasa kita
sebut dengan hama langsung. Serangan hama pada suatu tanaman akan menimbulkan
gejala yang khas, hal ini terkait dengan alat mulut serta perilaku yang dimiliki
oleh masing-masing serangga yang juga memiliki ciri khas tersendiri. Semakin
banyak populasi hama di suatu pertanaman, semakin besar pula gejala kerusakan
yang ditimbulkan, hal ini juga akan mengakibatkan semakin tingginya tingkat
kerugian ekonomi. Untuk menghindari kerugian ekonomi akibat serangan yang
ditimbulkan oleh hama, maka perlu diadakan suatu pengendalian. Pada
pengendalian tersebut hendaknya kita harus mengetahui ekologi dari
masing-masing hama, sehingga hal ini bisa memudahkan kita dalam mengambil
keputusan untuk pengendalian hama secara tepat.
Dalam
kegiatan pengendalian hama, pengenalan terhadap jenis-jenis hama (nama umum,
siklus hidup, dan karakteristik), inang yang diserang, gejala serangan,
mekanisme penyerangan termasuk tipe alat makan serta gejala kerusakan tanaman
menjadi sangat penting agar tidak melakukan kesalahan dalam mengambil
langkah/tindakan pengendalian. Serangan hama
pada suatu tanaman akan menimbulkan gejala yang khas, hal ini terkait dengan
alat mulut serta perilaku yang dimiliki oleh masing-masing serangga yang juga
memiliki ciri khas tersendiri.
Untuk itulah dalam praktikum kali
ini, kami para praktikan diberi bekal berupa pembacaan data analisis mengenai
cara penghitungan atau analisis periode kritis dan tipe serangan dari suatu
hama, serta pengklasifikasian mengenai dampak dari seranganhama tersebut. Pembacaan tersebut berdasarkan data
yang telah ada yaitu berupa data selama kurun waktu tiga tahun.
1.2
Tujuan
Adapun
tujuan dari praktikum kali ini yaitu:
1. Menghitung
indeks serangan berdasarkan luas keadaan serangan hama penting pada tanaman
padi.
2. Menentukan
periode kritis dan tipe serangan suatu hama.
BAB
2. TINJAUAN PUSTAKA
Hama
merupakan tiap hewan yang mengganggu atau merusak tanaman dan menyebabkan
kerugian secara ekonomis. Kebanyakan hama yang menyebabkan kerusakan pada
tanaman adalah dari kelompok serangga. Keberadaan hama tersebut sangat
dirisaukan, karena kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan hama bisa
menyebabkan kualitas dan kuantitas panen pada suatu pertanaman mengalami
penurunan. Hal tersebut tentu juga akan mengakibatkan kerugian secara ekonomi.
Hama yang merugikan secara ekonomi, biasanya merupakan hama yang menyerang pada
bagian tanaman yang kita konsumsi, atau biasa kita sebut dengan hama langsung (Endah,
2005).
Pertumbuhan tanaman dapat dipengaruhi dalam berbagai cara
oleh lingkungan. Kondisi lingkungan yang sesuai selama pertumbuhan akan
merangsang tanaman untuk berbunga dan menghasilkan benih. Kebanyakan speises
tidak akan memasuki masa reproduktif jika pertumbuhan vegetatifnya belum
selesai dan belum mencapai tahapan yang matang untuk berbunga, sehubungan
dengan ini terdapat dua rangsangan. Yang menyebabkan perubahan itu terjadi,
yaitu suhu dan panjang hari (Mugnisjah dan Setiawan, 1995).
Peramalan OPT adalah
kegiatan yang diarahkan untuk mendeteksi dan memprediksi
populasi/serangan OPT serta kemungkinan penyebaran dan akibat yang ditimbulkan dalam ruang dan waktu
tertentu. Peramalan OPT merupakan bagian penting dalam
program dan kegiatan penerapan PHT dalam kegiatan perencanaan ekosistem yang tahan terhadap gangguan.
Peramalah hama sasarannya adalah untuk menduga
kemungkinan timbulnya OPT, mendeteksi dan memprediksi populasi/serangan dan
kerusakan yang ditimbulkan OPT berdasarkan
hasil pengamatan terhadap komponen-komponen yang berpengaruh di lapang, dan menduga kerugian atau kehilangan hasil akibat
gangguan OPT. Menurut Marwoto (1992), peramalan hama bertujuan untuk memberikan
informasi tentang populasi, intensitas serangan, luas serangan, penyebaran OPT pada ruang dan waktu yang
akan datang. Informasi tersebut sebagai dasar
untuk menyusun perencanaan, saran tindak pengelolaan
atau penanggulangan OPT
sesuai dengan prinsip, strategi dan teknik PHT. Dengan demikian diharapkan dapat memperkecil resiko berusaha tani, populasi/serangan OPT dapat ditekan,
tingkat produktivitas tanaman pada taraf tinggi,
menguntungkan dan aman terhadap lingkungan.
Analisis
daerah serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) dilakukan berdasarkan data
sekunder atau historis luas tambah serangan (LTS) selama kurun waktu tiga
tahun, untuk analisis indeks serangan, ratio luas serangan, dan periode kritis
serangan OPT dilakukan dengan menganalisis data luas keadaan serangan selama
kurun waktu satu tahun atau tiga musim tanam padi secara berturut – turut
(Bappenas, 1991).
Luas
tambah serangan (LTS) merupakan hasil pengamatan dari wilayah pengamatan
(biasanya di tingkat Kecamatan) dari Petugas Pengamat Hama dan Penyakit (PHP)
yang dilaporkan setiap periode setengah bulan ke Dinas Pertanian Kebupaten/Kota
Madya dan Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP), secara berjenjang
dilaporkan juga ke Dinas Pertanian Propinsi, Balai Proteksi Tanaman Pangan dan
Holtikultura (BPTPH) dan Direktorat Perlindungan Holtikultura, Direktorat Jenderal
Bina Produksi Holtikultura (Dirjen Bina Produksi Tanaman, 2002).
Penentuan
daerah sebaran suatu OPT dapat dilakukan pada tingkat kabupaten/Kodya
berdasarkan data hasil pengamatan di tingkat kecamatan berupa data luas terkena
serangan (LTS) yang menyatakan seluruh serangan dengan intensitas ringan hingga
puso dan luasan tanaman puso dengan intensitas puso saja, dan frekuensi
serangan pada setiap masa panen (MP) setiap tahun biasanya digunakan data lima
sampai enam tahun secara berurutan. Pemetaan hanya dilakukan pada tiap
kecamatan, karena data diperoleh dari petugas pengamat hama (PHP) di setiap
kecamatan (Dirjen Bina Produksi Tanaman,
2002).
BAB 3. METODOLOGI
3.1
Waktu dan Tempat
Praktikum Sistem
Peramalan Hama dan Epidemiologi Penyakit Tumbuhan dengan acara “Analisis
Periode Kritis dan Tipe Serangan Suatu Hama” yang dilaksanakan pada hari senin,
18 Maret 2013, pukul 07.00 Wib dan bertempat di Laboratorium Penyakit, Jurusan
Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Jember.
3.2
Bahan dan Alat
3.2.1
Bahan
Tanaman padi pada berbagai fase
tumbuh vegetative, data sekunder luas keadaan serangan (LKS) pada kategori
serangan ringan, sedang, berat, dan puso pada setiap periode pengamatan selama
satu tahun.
3.2.2
Alat
1. Kertas
grafik/kertas millimeter blok
2. Pensil
3. Penghapus
4. Penggaris
5. Jaring
serangga
6. Kantong
plastik
7. Kloroform
8. Blangko
pengamatan
9. Kalkulator
10.
dan peralatan lain yang menunjang
3.3 Cara Kerja
1. Menjumlahkan
LKS pada masing – masing periode pengamatan
2. Menghitung
IS untuk setiap periode pengamatan dengan menggunakan rumus : IS = 0,25R + 0,5S
+ 0,75B + P (untuk hama) dan untuk penyakit menggunakan rumus : IS = 0,11R +
0,25S + 0,75B + P (untuk penyakit). Menghitung ratio luas serangan (RLS) dengan
menggunakan rumus indeks serangan dibagi dengan luas keadaan tanaman (LKT)
3. Menentukan
tipe serangan didasarkan pada gambar grafik tipe serangan yang merupakan
hubungan antara LKT (absis) dan RLS (ordinat) dengan memperhatikan gradient
kemiringan garis regresi tersebut :
kedua data (LKT dan RLS) menggambar dalam kertas grafik dengan skala tertentu
dari skater titik – titik yang ada di tarik garis lurus dipertengahan titik –
titik skater hubungan antara LKT dan RLS, mencari persamaan garis regresi dan
nilai gradientnya dengan ketentuan sebagai berikut :
d1 jika kemiringan garis
dengan nilai gradient positif dan posisi titik – titik cenderung berderet ke kanan atas maka tipe serangan hama
adalah hight (H) d2 jika
kemiringan garis dengan nilai gradient negatif dan posisi titik – titik
cenderung berderet ke kanan bawah
maka tipe serangan hama adalah low (L)
d3 jika kemiringan garis dengan nilai gradient positif, negatif,
atau datar dan posisi titik – titik cenderung
berhamburan, membentuk gunung/lembah di tengah maka tipe serangan hama adalah intermediate (I)
4. Menentukan
periode kritis didasarkan pada gambar diagram polygon (balok) yang secara
langsung dapat menunjukkan periode kritis serangan hama, yaitu pada keadaan
nilai RLS tertinggi maka pada periode itu dinyatakan sebagai periode kritis.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Data Serangan Tikus Pada MK Tahun 2000/2001 ( Banyuwangi
)
Periode
|
LKS (Ha) Ppada tingkat
|
|
|
|
|
Luas
|
Ratio luas
|
|
Ringan
|
Sedang
|
Berat
|
Puso
|
Jumlah
|
Tan
|
Serangan
|
Apr 1
|
47,7
|
42,3
|
9,0
|
-
|
98,9
|
21.725
|
0,001832
|
Apr 2
|
36,9
|
40,3
|
7,5
|
0,5
|
85,1
|
15.574
|
0,002277
|
Mei 1
|
40,6
|
21,5
|
3,0
|
-
|
65,1
|
15.017
|
0,001541
|
Mei 2
|
64,8
|
21,8
|
-
|
-
|
86,6
|
20.024
|
0,001352
|
Jun 1
|
81,9
|
17,8
|
-
|
-
|
99,7
|
19.967
|
0,001471
|
Jun 2
|
79,6
|
14,8
|
8,2
|
-
|
102,6
|
30.678
|
0,001089
|
Jul 1
|
83,0
|
14,4
|
7,9
|
0,5
|
105,7
|
28.230
|
0,001216
|
Jul 2
|
74,7
|
12,8
|
6,3
|
-
|
93,7
|
37.868
|
0,000785
|
Ags 1
|
51,3
|
5,8
|
-
|
-
|
57,1
|
36.451
|
0,000431
|
Ags 2
|
45,6
|
4,5
|
-
|
-
|
50,1
|
32.747
|
0,000416
|
Sep 1
|
24,0
|
2,0
|
-
|
-
|
26,0
|
31.104
|
0,000225
|
Sep 2
|
22,0
|
-
|
-
|
-
|
22,0
|
21.814
|
0,000252
|
Rumus
=((C11*0.25)+(D11*0.5)+(E11*0.75)+(F11*1))/H11
|
4.2 Pembahasan
Hama adalah seluruh makhluk hidup yang dapat mengganggu
perkembangan tumbuhan. Dari sekian banyak hama, kelas insekta merupakan hama
yang paling banyak di bumi ini. Akibat dari serangan hama ini sangatlah penting
diman salah satunya dapat menurunkan hasil dari komoditi yang kita usahakan.
Hasil disini tidak hanya sebatas kualitas saja akan tetapi keberadaan gangguan
hama ini juga akan berpengaruh terhadap kuantitas produk. Banyak sekali cara
atau metode yang dapat dilakukan untuk meminimalisir gangguan hama ini mulai
dari teknik yang paling umu dilaksanakan ditingkat petani yakni aplikasi
pestisida, dengan cara kultur teknik, biologi, dan fisik. Batasan serangan hama
terhadap produk ini telah ditentukan berdasarkan kesepakatan sebelumnya yang
dinamakan ambang batas serangan atau ambang ekonomi.
Ambang
Ekonomi adalah kepadatan populasi hama yang memerlukan tindakan pengendalian
untuk mencegah peningkatan populasi hama berikutnya yang dapat mencapai Aras
Luka Ekonomi, ALE (Economic Injury Level). Sedangkan ALE didefinisikan sebagai
padatan populasi terendah yang mengakibatkan kerusakan ekonomi. Kerusakan
ekonomi terjadi bila nilai kerusakan akibat hama sama atau lebih besarnya dari
biaya pengendalian yang dilakukan, sehingga tidak terjadi kerugian ( Harun, 2011 ). Oleh karena itu perlu adanya suatu
metode yang dapat menggambarkan tingkat serangan hama pada suatu daerah
tertentu. Hal tersebut berhubungan dengan model peramalan hama yang akan
digunkan untuk meramalkan kejadian yang sama pada waktu yang akan datang. Salah
satu bentuk peramalan yang sering digunan ialah Analisi Periode Kritis dan Tipe Serangan Suatu Hama, metode ini
dilakukan denga cara menganalisis data historis berupa data luas tambah
serangan ( LTS ). LTS merupakan hasil pengamatan dari wilayah pengamatan dari
Petugas Pengamat Ham Dan Penyakit ( PHP ) yang dilaporkan setiap periode
setengah bulanan ke Dinas Pertanian Kabupaten/Kota Madya dan Laboratorium
Pengamat Hama dan Penyakit ( LPHP ).
|
Dari data uji statistika diatas teryat R2
nya 0,485 nilai tersebut ternyata masih
kurang dari setengah atau mendekati 1 padahal apabila R2
mendekati 1, berarti secara
bersama-sama variabel independen berpengaruh kuat terhadap variabel dependen
dan apabila R2 (R square) mendekati angka nol, maka secara
bersama-sama variabel independen berpengaruh tidak nyata terhadap variabel
dependen. Sebagai contoh
hasil dari analisis regresi menghasilkan R2= 0,90. artinya secara simultan
faktor independen terhadap variabel independen dapat dijelaskan dalam model
sebsar 90%, sedangkan 10% lainnya dijelaskan oleh faktor lain yang tidak masuk
dalam model. Pola serangan yang
digambarkan dengan plot seperti diatas dapat terjadi diakibatkan beberapa
faktor diantaranya berkurangnya jumlah makanan, banyaknya pengendalian yang
dilakukan serta faktor-faktor alam yang dapat mendukung misalnya suhu yang
terlalu ekstrim sehingga bentuk plot menunjukkan bahwa tipe serangan OPT menurun
hal tersebut sesuai dengan kemiringan garis ( slope ) yang negatif dengan
posisi titik-titik cendrung berderet kekanan bawah.
BAB 5. KESIMPULAN
Dari beberapa data dan penjelasan yang telah diuraikan maka dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Analisis period kritis dan tipe serangan suatu hama
didasarkan pada data historis berupa LTS
( Luas Tambah Serangan ) kemudian data tersebut dibagi kedalam 4 kategori
data yakni Ringan, Sedang, Berat dan Puso dan hasil dari analisis data
tersebut dapat digambarkan atau dipetakan dengan kategori Endemis,
Sporadis, Potensial dan Aman.
2. Data historis
dapat diperoleh dari Dina Pertanian atau Laboratorium Hama dan Penyakit
Tumbuhan ( LPHP ), kemudian data yang diperoleh dapat dianalisis dengan
analisis regresi dengan patokan sebagai berikut apabila R2
mendekati 1, berarti secara
bersama-sama variabel independen berpengaruh kuat terhadap variabel dependen
dan apabila R2 (R square) mendekati angka nol, maka secara
bersama-sama variabel independen berpengaruh tidak nyata terhadap variabel
dependen.
3. Dari data luas
serangan hama tikus di Banyuwangi tahun 2000/2001 diatas dapat ditentukan bahwa
tipe serangan hama tikus menurun dengan fase kritis muncul pada bulan april 2
artinya minggu ke 3 dan 4 yakni tanggal 16 – 30.
DAFTAR
PUSTAKA
Bappenas.
1991. Petunjuk lapang latihan PHT palawija. Program Nasional Pelatihan dan Pengembangan Pengendalian Hama
Terpadu. Proyek Prasarana fisik
bappenas. Jakarta.
Dirjen
Bina Produksi Tanaman. 2002. Peta Daerah Endemis OPT Hortikultura Buku 1.
Pangan Balai Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan. Jakarta.
Dirjen
Bina Produksi Tanaman. 2002. Pemetaan Daerah Endemis OPT penting pada tanaman Pangan. Pangan Buku 1. Pangan Balai Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan. Jakarta.
Endah,
Joisi, Nopisan. 2005. Mengendalikan Hama
dan Penyakit Tanaman. Jakarta
: Agromedia Pustaka
Marwoto.
1992. Masalah pengendalian hama Blimbing di tingkat
petani.
hlm. 37−43. Risalah Lokakarya Pengendalian Hama Terpadu
Tanaman Blimbing. Balai Penelitian
Tanaman Pangan Malang. Malang.
Mugnisjah,W.Q.
dan Setiawan, A. 1995. Produksi Benih.
Penerbit Bumi Aksara Jakarta.
Bekerjasama dengan Pusat antar Universitas-Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor.
Http://wanuabone.blogspot.com/2011/06/ambang-ekonomi-hama-kerusakan.html. [diakses tanggal 23 maret 2013 ]
Subscribe to:
Posts (Atom)